KATEGORI
MAKNA LEKSIKAL
MAKALAH
Ditulis
untuk memenuhi tugas matakuliah
SEMANTIK
Disusun
oleh :
Egi
Purnama
DIKSATRASIADA
FAKULTAS
KEGURUAN DAL ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MATHLA’UL ANWAR BANTEN 2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmat serta karunianya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kategori
Makna Leksikal” untuk tugas matakuliah “Semantik” tepa tpada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
selalu kami harapkan dari semuapihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terimaksih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir semoga Allah swt. Senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.
Pandeglang, Desember 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar................................................................................................ ............................................................................................................................ i
Daftar
Isi........................................................................................................... ............................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang.......................................................................................................... 1
1.2 TujuanPenulisan.............................................................................. .......................................................................................................... 1
1.3 RumusanMasalah............................................................................. .......................................................................................................... 1
1.4 MetodePenulisan.............................................................................. .......................................................................................................... 2
1.5 SistematikaPenulisan....................................................................... .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kategori Makna
Leksikal................................................................ ................................................................................................................ 3
2.1.1 Kategori Nominal................................................................. 3
2.1.2 Kategori Verbal..................................................................... 6
2.1.3 Kategori Adjektival .............................................................. 8
2.1.4 Kategori Pendamping............................................................ 9
2.1.5 Kategori Penghubung............................................................. 10
BAB III KESIMPULAN DAN PENUTUP
3.1
Kesimpulan...................................................................................... 12
3.2 Penutup............................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Studi
gramatika katagori kata adalah hal yang tidak pernah lepas dari
pembicaraan.Dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada buku tata bahasa, baik yang tradisional
maupun yang bukan, yang tidak membicarakan masalah kategori.Begitu penting,
ruwet, dan kompleksnya persoalan kategori makna leksikal, sehingga tidak
selesai-selesai dibicarakan orang dan tidak pernah ada kesepakatan di antara
para ahli.
Secara
umum kategori gramatikal yang banyak diikuti, membagi kata menjadi dua kelompok
besar, yaitu (1) kelompok yang disebut kata penuh (full word) dan (2) kelompok
yang disebut partikel atau kata tugas (function word) ke dalam kelompok pertama
termasuk kata dari kelas verbal, nominal, ajektival, dan adverbial; dan juga
dalam kelompok kedua termasuk kata-kata yang disebut preposisi, konjungsi, dan
interjeksi. Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah morfem dasar yang belum
berkategori baik gramatikal maupun semantikal, misalnya morfem acu, juang,
henti, kibar, kitar danremang.
Secara
gramatikal morfem-morfem tersebut tidak dapat muncul dalam satuan-satuan
sintaksis tanpa bergabung dulu dengan morfem-morfem tertentu, baik
afiks maupun morfem dasar lainnya. Secara semantik morfem-morfem itu pun
dianggap tidak bermakna. Sehingga dalam kamus Poerwadarminta (1982) maupun
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) morfemorfem tersebut memang didaftar
sebagai lema (entri) tetapi tidak bermakna yang diberi makna adalah bentuk
derivasinya.
Pembahasan
berikut akan dideskripsikan leksikal bahasa indonesia berdasarkan kategori
semantiknya dengan menyebutkan ciri-ciri makna (komponen makna) yang menonjol
dari setiap kelompok leksem, tetapi dengan tetap bertumpu pada kategori
gramatikalnya.
1.2
Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami apa saja yang termasuk kategori makna leksikal
1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapatdi
dalam makalah ini yaitu:
1.
Apa sajakah bagian kategori
leksikal?
2.
Deskripsikan leksikal bahasa
berdasarkan katagori leksikal dari setiap kelompok leksem?
1.4.Metode
Penulisan
Pencarian dan pengamatan yang
diambil dari berbagai sumber ilmu pengetahuan, diantaranya : buku dan internet.
1.5.Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal,
bagian utama, dan bagian akhir.Pada awal bagian awal yaitu bagian cover, kata
pengantar dan daftar isi. Kemudian pada bagian utama penulis membagi tiga bab
yaitu bab pertama merupakan pendahuluan yang teridir dari :
1. Latar
belakang
2. Tujuan Penulisan
3. Rumusan Masalah
4. Metode
penulisan
5. Sistematika
penulisan
Bab kedua
berisi uraian yang terdir dari :Kategori Nominal, Kategori Verbal, Kategrori
Ajektival, Kategori Pendamping, dan Kategori Pengubung
Bab ketiga
merupakan kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kategori
Makna Leksikal
Dalam Studi
gramatika kategori kata merupakan hal yang tidak pernah lepas dari pembicaraan.
Boleh dibilang hamper tidak ada buku tata bahasa, baik yang tradisional maupun
yang bukan, yang tidak membicarakan masalah kategori itu. Dalampembicaraan
berikut akan dicoba mendeskripsikan leksikon bahasa Indonesia berdasarkan
kategori semantiknya dengan menyeburkan ciri-ciri makan (komponen makna) yang
menonjol dari setiap kelompok leksem, tetapi dengan tetap berpumpun pada
kategori gramtikalnya.
2.1.1
Kategori Nominal
Kata-kata atau leksem-leksem nominal dalam bahasa
Indonesia secara semantik mengandung ciri makna [+Benda ( B)]; dan oleh karena
itu leksem-leksem nominal secara struktural akan selalu dapat didahului oleh
preposisi di atau pada. Berdasarkan analisis semantik lebih lanjut
leksem-leksem nominal ini dapat dikelompokkkan atas tipe-tipe:
Ø Tipe
1
Tipe I berciri makna utama [+Benda, +
Orang (O)].Tipe satu ini terbagi atas enam subtipe I yang masing-masing berbeda
pada ciri makna ketiga. Keenam suptipe I ini adalah:
v Subtipe
1, yang berciri makna [+Benda, +orang, +Nama Diri (ND)]
v Subtipe
2 yang berciri makna ( + B, +O, +Nama Perkerabatan (NK)]
v Subtipe
3 yan berciri makna [ + B, +O, + Nama Pengganti (NP)]
v Subtipe
4 yang berciri makna [ +B, +O, Nama Jabatan (NJ)]
v Subtipe
5 yang berciri makna [+B, +O dan Nama Gelar (NG)]
v Subtipe
6 yang berciri makna [ +B, +O, + Nama Pangkat (NP)]
Ø Tipe
2
Berciri makna utama [+B dan institusi
(I)].Contoh : pemerintah, DPR, SMA, danPelni. Selain itu
leksem-leksem nominal tipe II ini juga memiliki ciri makna [+Orang metaforis
(Om), +K, +H].Jadi secara keseluruhan leksem-leksem nominal ini berciri makna
[+B, +I, +Om, +K, dan +H].Ciri makna [+Om menyebabkan leksem nominal tipe II
ini dapat menduduki fungsi gramatikal seperti leksem tipe I.
Ø Tipe
3
Berciri makna utama [+B, +Binatag (Bi)].
Contoh: tongkol, kucing, gelatik, harimau, dan onta. Selain itu
leksem-leksem nominal tipe III ini memiliki pula ciri makna [+Ny, +K, dan +H].
Dengan demikian secara keseluruhan leksem-leksem nominal tipe III ini berciri
makna [+B, +Bi, +Ny, +K, dan +H].
Ø Tipe
4
Berciri utama [+B dan +Tumbuhan (T)].
Leksem nominal tipe IV ini terdiri atas 3 subtipe, yaitu:
v Subtipe
1 yang berciri makna utama [+B, +T]
v Subtipe
2 yang berciri makna utama [+B +Pohon (PO)]
v Subtipe
3 yang berciri makna utama [+B, + Tanaman (TA)]
Ø Tipe
5
Berciri
makna utama [+B, Buah-buahan (Bb)].Misalnya mangga, rambutan, pisang dan
nanas.Selain itu tipe ini juga memiliki makna [+H, +K, dan –Hi]. Jadi secara
keseluruhan tipe ini memiliki makna [+B, +Bb, +H, +K, dan –Hi]
Ø Tipe
6
Berciri
makna utama [+B, +Bunga-bungaan (Bbu)].Misalnya mawar, melati, kamboja, kembang
sepatu, dan kenanga.Selain itu leksem ini juga berciri makna [+H, +K, dan
-Hi].Jadi secara keseluruhan tipe ini memiliki ciri makna [+B, +Bbu, +H, +K,
dan –Hi].
Ø Tipe
7
Berciri
makna utama [+B, +Peralatan (Al). Tipe ini terbagi atas sembilan subtipe,
yaitu:
v Subtipe
1 yang berciri makna utama [ +B, +Al, dan Masak (Ms)]
v Subtipe
2 yang berciri makna utama [+B, +Al + Makan (Mk)]
v Subtipe
3 yang mengandung ciri makna utama [+B +Al, dar +Pertukangan (Tk)]
v Subtipe
4 yang mengandung cirri makna utama [+B +Al, dan Perbengkelan (BK1)]
v Subtipe
5 yang mengandung ciri makna utama [+B +Al, dan +Pertanian (Tn)]
v Subtipe
6 yang memiliki ciri makna utama [+B +Al, dan Perikanan (Ik)]
v Subtipe
7 yang berciri makna utama [+B +Al, dan Rumah Tangga (Rt)]
v Subtipe
8 yang berciri makna utama [+B +Al, dan
Tulis Menulis (Tm)]
v Subtipe
9 yang berciri makna utama [+B +Al, dan Olah Raga (Or)]
Ø Tipe
8
Tipe ini
mengandung ciri makna utama [+B, +Makanan-minuman (Mm)].
Contohnya nasi, teh manis, susu, bakso, dan roti. Selain iti
tipe ini juga berciri makna [+K, -H, dan –Hi]. Secara keseluruhan tipe ini
berciri makna [+B, +Mm, +K, -H, dan –Hi].
Ø Tipe
9
Tipe
ini mengandung ciri makna utama [+B, +Geogrefi
(Ge)].Contohnyasungai, gunung dan laut.Selain itu tipe ini juga
berciri makna [+K, +H, -Hi].Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Ge,
+K, +H, dan –Hi].
Ø Tipe
10
Tipe ini berciri
makna utama [+B, +Bahan baku (Bb). Contoh pasir, semen,
batudan kayu. Selain itu tipe ini juga berciri makna [+K, dan
–H].Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Bb, +K, dan –Hi].
2.1.2 Kategori
Verbal
Leksem-leksem verbal dalam bahasa Indonesia secara
semantik ditandai dengan mengajukan tiga macam pertanyaan terhadap subjek
tempat “verba” menjadi predikat klausanya. Ketiga pertanyaan itu adalah (1) apa
yang dilakukan subjek dalam klausa tersebut, (2) apa yang terjadi terhadap
subjek dalam klausa tersebut, dan (3) bagaimana keadaan subjek dalam klausa
tersebut.
Berdasarkan analisis semantik, sejalan dengan Tampubolon
(1979, 1988 a, 1988 b dalam Chaer), kategori verbal dapat dibedakan menjadi dua
belas tipe. Keduabelas tipe itu adalah sebagai berikut:
Ø Tipe
1
Tipe ini adalah verba yang secara
semantik menyatakan tindakan, perbuatan, atau aksi.Pelaku verba ini adalah
sebuah maujud berupa sebuah nomina yang berciri makna [+bernyawa]; dan tindakan
sebagai penggerak tindakan yang disebutkan oleh verba tersebut.
Secara semantik, verba tipe I ini
sebenarnya dapat dibedakan lagi menjadi verba tindakan yang (1) pelakunya
adalah manusia, (2) pelakunya adalah manusia dan bukan manusia, dan (3)
pelakunya bukan manusia.Contohnya adalah
leksem baca dan tulisadalah tindakan yang termasuk kelompok
manusia; makan dan minum adalah verba tindakan yang
termasuk kelompok pelakunya manusia dan bukan manusia;
sedangkanpagut dan patuk adalah verba tindakan yang pelakunya
bukan manusia.
Ø Tipe
2
Adalah verba yang menyatakan tindakan
dan pengalaman.Pada verba ini pelakuya adalah sebuah maujud berupa nomina
berciri makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai penggerak tindakan yang disebut
oleh verba tersebut sekaligus dapat pula sebagai maujud yang mengalami (secara
kognitif, emosional, atau sensasional) tindakan yang dinyatakan oleh verba
tersebut. Contoh:
- Dia menaksir harga mobil
bekas itu
- Beliau menjawab pertanyaan para
wartawan.
Dia pada
kalimat pertama adalah maujud yang melakukan tindakan itu dan sekaligus
mengalaminya.Begitu juga denga pada kalimat kedua.Yang melakukan tindakan dan
yang mengalaminya tidak harus selalu berupa maujud yang sama. Namun bisa juga
atau lazimnya adalah berupa dua maujud yang berbeda.
Ø Tipe
3
Tipe ini adalah verba yang menyatakan
tidakan dan pemilikan (benafaktif). Pelaku verba ini adalah maujud berup nomina
berciri makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai penggerak tindakan yag
disebutkan oleh verba tersebut; sedangkan pemilik (bisa juga ketidakpemilikian)
juga berupa nomina berciri makna [+bernyawa].
Ø Tipe
4
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
tindakan dan lokasi (tempat).Pelaku tindakan berupa nomina berciri makna
[+bernyawa] yang dapat mengalami tindakan itu sendiri maupun tidak.Lokasinya
berupa frase preposisional.
Ø Tipe
V
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses.
Subjek dalam kalimat ini berupa nomina umum yang mengalami proses perubahan
keadaan atau kondisi
Ø Tipe
6
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
proses-pengalaman.
Ø Tipe
7
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses
benefaktif subjek dalam kalimat yang menggunaan verba tipe VII ini berupa
nomina yang mengalami suatu proses atau kejadian memperoleh atau
kehilangan (kerugian).
Ø Tipe
8
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
proses-lokatif. Subjek dalam tipe ini berupa nomina yang mengalami suatu proses
perubahan tempat (lokasi).
Ø Tipe
9
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan.Subjek
kalimat dalam tipe ini berupa nomina umum yang berada dalam keadaan atau
kondisi yang dinyatakan oleh verba tersebut.
Ø Tipe
10
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan
pengalaman.Subjek dalam kalimat yang menggunakan tipe ini adalah sebuah nomina
yang berada dalam keadaan kognisi, emosi, atau sensasi.
Ø Tipe
11
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan
benafaktif subjek dalam kalimat yang menggunakan tipe XI ini adalah sebuah
nomina yang menyatakan memiliki, memperoleh, atau kehilangan sesuatu.
Ø Tipe
12
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan
keadaan-lokatif.Subjek pada kalimat yang mengunakan verba ini adalah nomina
yang berada dalam satu tempat atau lokasi.
2.1.3 Kategori
Adjektival
Leksem-leksem adjektival dalam bahasa Indonesia
secara semantik adalah leksem yang menerangkan keadaan suatu nomina atau
menyifati nomina itu. Secara semantik akjetival dapat dibagi
menjadi delapan tipe.
Ø Tipe
1 adalah leksem ajektif yang menyatakan sikap, tabiat, atau perilaku batin
manusia yang termasuk di dalamnya yang dipersonifikasikannya.
Ø Tipe
2 adalah leksem ajektif yang menyatakan keadaan bentuk.
Ø Tipe
3 adalah leksem ajektif yang menyatakan ukuran.
Ø Tipe
4 adalah leksem yang menyatakan waktu dan usia.
Ø Tipe
5 adalah leksem ajektif yang menyatakan warna.
Ø Tipe
6 adalah leksem ajektif yang menyatakan jarak
Ø Tipe
7 adalah leksem ajektif yang menyatakan kuasa tenaga.
Ø Tipe
8 adalah leksem ajektif yang menyatakan kesan atau penilaian indra.
Perbedaan yang hakiki antara verba-keadaan dengan
ajektifal adalah terletak pada fungsinya dalam suatu kontruksi.Pada kontruksi
predikat leksem-leksem tersebut cenderung berciri verba sedangkan pada
kontruksi atributif berciri ajektiva.Misalnya kontruksi meja batu dan meja
itu baru.Pada kontruksi meja baru, leksem baru adalah
ajektiva sedangkan pada meja itu baru adalah verba, sebab meja
baru adalah kontruksi atributif sedangkan meja itu baru adalah
kontruksi predikatif.
2.1.4
Kategori Pendamping
Kategori pendamping adalah leksem-leksem
tetentu yang mendampingi nomina, verba, ajektif, dan juga klausa untuk
memberikan keterangan tertentu yang bukan menyatakan keadaan atau sifat.
Ø Pendamping
Nomina
Leksem-leksem pendamping nomina,
antara lain, menyatakan:
v Pengingkaran
v Kuantitas
atau jumlah
v Pembatasan
v Tempat
berada.
v Tempat
Asal
v Tempat
tujuan atau arah sasaran.
v Hal
atau perkara
v Alat
v Pelaku
v Batas
tempat dan batas waktu
Ø Pendamping
Verba
Leksem-leksem pendamping verba, antara lain,
menyatakan:
v Pengingkaran.
v Berbagai
aspek.
v Berbagai
modalitas
v Kuantitas
v Kualitas
v Pembatasan.
Ø Pendamping Ajektiva
Leksem-leksem pendamping ajektiva, antara lain
menyatakan:
v Pengingkaran.
v Kualitas
Ø Pendamping
Klausa
Leksem-leksem
pendamping klausa mempunyai posisi yang agak bebas.leksem-leksem itu dapat
ditempatkan pada awal klausa di tengah klausa, atau pada akhir klausa.
Distribusinya ini tentu saja memberi nuansa makna yang berbeda Leksem-leksem
pendamping klausa ini, antara lain, memberi makna:
v Kepastian
v Keraguan
v Harapan
2.1.5 Kategori
Penghubung
Kategori
penghubung adalah leksem-leksem tertentu yang bertugas menghubungkan, baik kata
dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, maupun kalimat dengan
kalimat secara koordinatif maupun secara subordinatif.
Ø Penghubung
koordinatif
Leksem-leksem
penghubung koordinatif, antara lain menyatakan makna:
v Penghubungan
v Pemilihan
v Mengoreksi
atau membetulkan
v Menegaskan
v Pembatasan
v Mengurutkan
v Menyamakan
v Kesimpulan
dari yang sudah dibicarakan sebelumnya
Ø Penghubung
Subordinatif
Penghubung subordinatif menghubungkan
dua konstituen yang kedudukannya tidak setingkat.Konstituen yang satu merupakan
konstituen bebas, sedangkan konsituen yang lain, yang di mukanya diberi leksem
penghubung subordinatif ini merupakan konsituen bawahan yang terikat pada
konsituen pertama.Posisi kedua konsituen itu dapat dipertukarkan sehingga
penghubung subordinatif itu dapat berada pada awal kalimat maupun ditengah
kalimat.Leksem-leksem subordinatif ini antara lain, menyatakan makna:
v Penyebab
v Akibat
v Syarat
atau kondisi yang harus dipenuhi
v Pengandaian
v Penegasan
v Perbandingan
v Tujuan.
v Waktu
v Penjelasan
v Keadaan
atau cara
BAB
III
KESIMPULAN
DAN PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kategori makna leksikal mengkaji tentang (1)
kategori nominal yang terbagi atas sepuluh tipe, yaitu: orang,
institusi, binatang, tumbuhan, buah-buahan, bunga-bungaan, peralatan,
makanan-minuman, geografi, bahan baku; (2) kategori verbal terdiri dari
duabelas tipe, yaitu: tindakan, pengalaman, pemilikan, lokasi, proses, proses-pengalaman,
memperoleh atau merugi, lokatif, keadaan, keadaan pengalaman, keadaan
benefaktif, dan keadaan lokatif; (3) kategori adjektival; (4) kategori
pendamping, meliputi: pendamping nomina, pendamping verba, pendamping ajektiva,
dan pendamping klausa; (5) kategori penghubung, meliputi: penghubung
koordinatif dan penghubung subordinatif.
3.2
Penutup
Pada kenyataannya pembuatan makalah ini masih
bersifat sangat sederhana dan singkat, serta dalam penyusunan makalah ini masih
memerlukan kritik ataupun saran yang membangun untuk penulis
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Reneka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar